Alasan Adhib

    "Good life... Good life..." ponsel Adhib berdering mendendangkan lagu Harris J. Adhib segera mematikan alarm handphone-nya. Rupanya kemarin ia memasang alarm dengan nada daring lagunya Harris J. Ya ampun, Adhib. Sebegitunyakah ia mengidolakan Harris J? 
    "Baru jam 04.15?" gumam Adhib sambil memandang handphone-nya. Adhib tidak segera bangun, melainkan online dulu di sosmed. Ia mengubah nama akun facebooknya menjadi 'Adhib Harris Jung'. Tak lupa pula ia memposting status ala jung Juniverse (fansclub Harris J).
    "Tok tok tok!!!" terdengar ketukan pintu disusul seruan emak, "Adhib, bangun!". 
    "Iya, Mak. Bentar," sahut Adhib perlahan.
    "Cepetan mandi, shalat, trus sarapan!" perintah emak. Adhib bingung, kenapa emak hanya menyuruhnya mandi, shalat dan sarapan? Kenapa ia tidak disuruh menggosok gigi, shampoan, menyisir rambut, dan seterusnya?
***
    "Mak, aku malas masuk sekolah hari ini,' kata Adhub cemberut seraya mengaduk-aduk sarapan nasi gorengnya. "Kenapa, Dhib? Bukannya kamu mau PDKT sama cewek kelas XI IPS 3?" tanya bapak Adhib dengan muka polos.
    "Ah Bapak bisa aja. Adhib kecapekan, Pak. Perjalanan kemarin bikin  badan aku pegel-pegel," jawab Adhib  dengan muka ditekuk. "Tapi kamu gak mabuk perjalanan, kan?" tanya emak. "Gak kok, Mak," jawab Adhib.
    "Bukannya kemarin Kakak diapit sama cewek-cewek di mobil?" tanya Barbara, adik Adhib yang masih duduk di kelas VII SMP (?)
    "Iya sih. Tapi ceweknya pada muntah-muntah. Kan kakak jadi repot ngurusinnya."
    "Mungkin mereka muntah karena liat mukanya Kak Adhib kali, wkwkwkwk."
    Adhib menghela napas. Begini nih punya adik yang... Ah sudahlah, tak baik mencela adik sendiri, batin Adhib.
    Setelah selesai sarapan Adhib kembali ke kamarnya. Ia mengambil handphone dan menelepon Rara, teman sekelasnya.
    "Haloo, Ra."
    "Iya, halo. Ada apa, Dhib?"
    "Kamu masuk sekolah gak hari ini, Ra?"
    "Iya, masuk. Kenapa, Dhib?"
    "Tolong ijinin aku hari ini gak masuk sekolah. Aku kecapekan."
    "Oh. Kenapa gk bikin surat ijin aja, Dhib?"
    "Males ah. Kan guru-gutu juga tau kalo kemarin itu aku ikut Olimpiade Sains. Fisika lagi. Pusing, tau."
    "Dasar kamu. Ada aja alasan."
    Adhib mengakhiri percakapannya dengan Rara. Ia rasa Rara sudah mengetahui alasannya. Kini saatnya santai, pikirnya.
    Adib memasang earphone. Ia tengah mendengarkan lagu Harris J yang berjudul I Promise. Sambil sesekali mengikuti liriknya, Adhib memposting foto dengan pose ala Harris J di instagram.
    Mata Adhib membelalak, seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Hah, emangnya status gue alay banget ya? Sampe-sampe banyak banget yang kasih komentar,' gerutu Adhib. Ia kemudian mengambil buku tebal berwarna coklat dan sebuah pulpen. Ia bermaksud menulis beberapa hal di buku itu. Alasan. Beberapa alasan, mengapa ia tidak masuk sekolah hari ini, mengapa ia nge-fans dengan Harris J, mengapa ia malas menulis surat izin, daan banyak hal lainnya. Buku itu menjadi saksi bisu berjuta alasan Adhib sejak beberapa tahun silam.
    "Krieettt!" Pintu kamar Adhib terbuka. Adhib tersentak kaget. Menurutnya, pintu kamar yang tiba-tiba terbuka adalah hal misteri yang tidak memiliki alasan.
    "Adhib, kamu beneran gak sekolah?" tanya emak yang tengah mengirim pesan via BBM. Maklum, emak-emak gahol. 
    "Iya, Mak. Badanku pegel," jawab Adhib sambil menulis alasan-alasan di bukunya.
    "Oh. Kalo gitu kamu jagain rumah ya. Emak mau shopping dulu," kata emak seraya kembali menutup pintu kamar.  
    Kau adalah alasan dibalik setiap senyumku
    Tanpamu, hidupku tak akan pernah memiliki alasan
    Kurasa aku begitu mengidolakanmu
    Apa aku seorang g*y?
    Tidak, aku masih normal
    Aku hanya mengidolakanmu
    Aku hanya seorang fansmu
    Tidak lebih dari itu
    #HarrisJ      
    Adhib tersenyum simpul ketika postingan statusnya mendapat 100 like. Luar biasa sekali, biasanya hanya 20, tidak pernah lebih. Hufftt... Adhib menghela napas.
***
    "Mas Adhib, apa alasan yang menyebabkan Anda memutuskan untuk menjadi seorang Jung Juniverse?" tanya seorang host yang tengah membawakan acara Indonesians Jung Juniverse Talkshow.
    "Ehm, begini. Saya merasa bahwa remaja sekarang ini tengah dilanda krisis tokoh idola. Mereka memerlukan tokoh idola yang hidup di jaman sekarang dan sesuai dengan perkembangan jaman. Nah, saya sebagai seorang remaja merasa bahwa Harris J ini adalah seorang tokoh idola yang pantas untuk dikagumi," jelas Adhib panjang lebar.
    "Luar biasa sekali jawaban Mas Adhib," kata sang host seraya bertepuk tangan. Ting tong! Ting tong! "Seperti bunyi bel rumahku," gumam Adhib. Semakin lama, suara bel itu semakin jelas terdengar di telinga Adhib. Perlahan-lahan, pandangan Adhib memburam. Ia merasa pusing.
    Dering ringtone HP menyadarkan Adhib dari lamunan. Membawanya kembali dari alam mimpi ke alam sadar. "Halo," sapa Adhib dengn lesu. "Adhib, bukan pintunya! Emak dari tadi mencet-mencet bel gak kamu bukain pintu. Cepetan..."
    Tanpa menunggu selesainya omelan emak, Adhib berlari menuju pintu depan. Hosh hosh hosh... Dengan napas terengah-engah ia membuka pintu. "Kamu lagi ngapaii sih, Dhib? Sampe gak dengar suara bel,' omel emak.
    "Adhib ketiduran tadi,Mak. Maafin Adhib ya..." jawab Adhib dengan wajah polos.
    "Yaudah, gapapa. Sekarang lanjutin aja tidurmu. Emak tau, kamu pasti punya banyak alasan," tukas emak.
    "Yee, Emak tau aja," kata Adhib seraya beranjak kembali ke kamar. Emak tau, Adhib adalah seorang remaja yang memiliki sejuta alasan dalam setiap hal yang dilakukannya. Bahkan, alasan ketidakhadirannya hari ini dapat dijadikan sebuah cerpen sepanjang 7 halaman. Bisa dibayangkan jika seluruh alasan dalam hidup Adhib ditulis dalam bentuk cerita/karangan, mak pasti akan mengalahkan Of Bees and Mist-nya Erick Setiawan ataupun SYTD-nya Asma Nadia. Sayangnya, Adhib bukan seorang penulis, melainkan hanya seorang Jung Juniverse.

  THE END 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rumah